Sunday, May 3, 2009

WHO: Vaksin Flu Kurang Ampuh

Senin, 04 Mei 2009 | 12:17 WIB

TEMPO Interaktif, Jenewa:Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan
hasil pengujian menunjukkan bahwa vaksin flu musiman yang ada saat ini
kurang efektif untuk menghalau virus strain H1N1 baru. "Peluang bagi
vaksin ini untuk mengatasi virus baru tersebut amat tipis," kata
Marie-Paule Kieny, direktur inisiatif riset vaksin WHO, akhir pekan lalu.

Meski demikian, WHO siap membuat vaksin baru yang mampu menangkal
penyebaran virus flu A/H1N1--lembaga dunia itu memutuskan untuk tidak
lagi menggunakan istilah flu babi. "Kami yakin pembuatan vaksin yang
ampuh itu bisa dilakukan," katanya. "Perlu waktu empat sampai enam bulan
untuk membuat dosis pertama."

Kieny menyatakan sampel yang dibutuhkan untuk memproduksi vaksin flu A
siap dikirim ke produsen vaksin pada pertengahan atau akhir Mei.

Di Chicago, para ilmuwan di dua laboratorium tengah menyiapkan
kedatangan sampel darah korban flu mematikan itu dari Meksiko untuk
membuat serum yang kemungkinan bisa menawarkan perlindungan dari virus
baru tersebut. "Ini ilmu darurat," kata Patrick Wilson dari University
of Chicago.

Wilson dan rekannya, Rafi Ahmed, seorang pakar vaksin di Emory
University di Atlanta, berharap dapat mengembangkan cara baru untuk bisa
memproduksi protein pencegah infeksi yang tepat sasaran yang disebut
antibodi monoclonal dalam waktu singkat.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Nature, tahun lalu,
keduanya menunjukkan bahwa cukup dengan beberapa sendok makan darah,
mereka bisa membuat antibodi influenza dalam waktu sebulan. Mereka
memperkirakan antibodi monoclonal, sejenis antibodi yang direkayasa
secara khusus untuk menyerang protein tertentu, dapat berguna untuk
melindungi para petugas kesehatan dalam pandemi influenza sampai vaksin
selesai dibuat.

Ketika sampel darah tiba, tim tersebut akan mengisolasi tipe sel sistem
kekebalan tubuh imunitas yang dikenal dengan sel plasma penghasil
antibodi. Sel itu memproduksi antibodi sebagai bagian dari respons awal
terhadap infeksi. Dengan menggunakan sel tersebut, para ilmuwan bisa
membuat antibodi yang tepat sasaran terhadap strain flu baru itu. "Dalam
beberapa pekan sejak kami menerima darah itu, mungkin kami dapat membuat
sesuatu yang bermanfaat," kata Wilson.

Sebelum digunakan langsung pada manusia, antibodi itu akan dikirimkan ke
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) untuk
menguji apakah antibodi itu mampu menghadang virus dari sel terinfeksi
yang ditumbuhkan dalam laboratorium. Pada tahap awal, CDC berencana
menggunakan antibodi itu sebagai perangkat tes diagnostik cepat yang
bisa segera mengidentifikasi virus baru tersebut tanpa memerlukan
perlengkapan laboratorium rumit untuk mencocokkan rangkaian genetisnya.

Setelah itu, barulah antibodi itu dapat digunakan dan disuntikkan kepada
orang yang telah terpapar virus. "Jika mereka menemukan bahwa antibodi
ini benar-benar bagus untuk menetralisasi flu ini, ada potensi antibodi
ini dipakai untuk terapi," kata Wilson. Dia mengatakan terapi antibodi
itu hanya menawarkan kekebalan sementara, tapi bisa dibuat jauh lebih
cepat dibanding vaksin yang butuh empat sampai enam bulan.

Pada saat ini, kasus flu A atau flu babi dilaporkan telah meluas ke 16
negara dengan 658 kasus positif. Virus H1N1 itu telah menewaskan lebih
dari 176 orang, tapi hanya satu yang meninggal di luar Meksiko. Balita
asal Meksiko yang hampir berusia dua tahun itu meninggal ketika
berkunjung ke Texas, Amerika Serikat.

Di Meksiko saja, jumlah kasus flu A positif mencapai 397, 16 di
antaranya meninggal dunia. Sedangkan di Amerika Serikat, jumlah kasus
positif meningkat menjadi 160 kasus flu A pada manusia.

Selain di Meksiko dan Amerika Serikat, 14 negara lain yang melaporkan
ditemukannya kasus flu A positif adalah Austria (1), Kanada (51), Cina,
Hong Kong (1), Kosta Rika (1), Denmark (1), Prancis (2), Jerman (6),
Israel (3), Belanda (1), Selandia Baru (4), Korea Selatan (1), Spanyol
(13), Swiss (1), dan Inggris (15).

TJANDRA DEWI | REUTERS | WHO

No comments:

Post a Comment