Wednesday, May 13, 2009

Susu Sapi Bikin Bayi Alergi

Selasa, 12 Mei 2009 | 22:02 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Dokter spesialis anak ahli imunologi Dr Zakiudin
Munasir mengatakan, susu sapi dan produk turunan susu sapi lainnya
merupakan penyebab alergi terbesar, terutama pada bayi.

Dr Zakiudin Munasir, dalam seminar "Apakah Alergi diturunkan Secara
Genetik" di Jakarta, Selasa, mengatakan, susu sapi yang merupakan
protein asing utama bagi bayi pada bulan-bulan awal kehidupannya
berpotensi menimbulkan reaksi alergi yang pertama kali, dengan
gejala-gejala pada saluran cerna seperti diare dan muntah.

Menurut dia, adanya protein asing dalam tubuh bayi dan ditambah kondisi
saluran pencernaannya yang belum sempurna, sehingga bayi rentan
mengalami alergi yang diakibatkan oleh susu sapi ini.

"Makanan yang cocok untuk bayi adalah ASI (air susu ibu). Itulah
sebabnya, bayi disarankan diberi ASI (air susu ibu) eksklusif,
setidaknya hingga usia 6 bulan," kata Zakiudin.

Fungsi ASI dalam mencegah alergi karena mengandung zat gizi lengkap yang
dibutuhkan bayi, termasuk protein "Hypo allergenik", DHA, probiotik dan
kolostrum yang dapat melindungi bayi dari alergi.

Alergi merupakan reaksi kekebalan tubuh yang menyimpang atau berubah
dari normal yang dapat menimbulkan gejala merugikan tubuh mulai dari
gangguan pernafasan, kulit hingga mata.

Selain susu sapi, Zaikudin juga menyebut makanan lain, seperti telur,
makanan laut, kacang-kacangan dan masih banyak lagi macamnya pemicu alergi.

Zakiudin menjelaskan bahwa angka kejadian alergi terus meningkat sejalan
dengan perubahan pola hidup masyarakat yang semakin modern.

Dia menyebut, banyaknya zat yang terkandung di dalam makanan dan
minuman, selain itu tingginya polusi saat ini merupakan penyebab
terjadinya alergi.

"Memang alergi di Indonesia tidak sebesar di negara maju lainnya, namun
ityu perlu diwaspadai," tegasnya.

Zakiudin menyebut tiga tindakan pencegahan terjadinya alergi, yakni
menghindari pencetus alergi, menjalani hidup sehat dan memakai obat-obatan.

"Jika terjadi alergi, hindari makanan atau hal lain yang menjadi
pemicunya. Jika sudah terjadi yang lakukan dengan obat-obatan atau
terapi," katanya.

Terkait pengobatan alergi, dokter biasanya memberikan obat-obatan
seperti antihistamin dan kortikosteroid (baik yang diberikan lewat
mulut, suntikan, maupun inhalasi) untuk memperkuat dinding sel mast
dalam tubuh pasien.

No comments:

Post a Comment