Saturday, April 25, 2009

Istilah Flu Singapura Salah Kaprah

By Republika Newsroom
Sabtu, 25 April 2009 pukul 14:15:00

DENPASAR -- Konsultan penyakit kronis dan infeksi di FKUI/RSCM, Jakarta,
Prof. Dr. dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro, SpA(K) mengemukakan, penggunaan
istilah pada penyakit Flu Singapura adalah salah kaprah.

"Penyakit yang disebut Flu Singapura itu bukan tergolong flu, tapi masuk
pada famili herpes. Kalau flu itu ditandai dengan adanya panas tinggi
dan batuk pilek, sedangkan yang disebut Flu Singapura itu kan tidak
demikian," katanya di sela-sela pada simposium aliansi strategis
negara-negara Asia untuk pencegahan penyakit pneumonia (ASAP) di
Denpasar, Sabtu.

Ia mengemukakan, pada penyakit yang disebut Flu Singapura itu hanya
ditandai dengan kondisi suhu tubuh yang hangat dan yang diserang adalah
mulut, tangan dan kaki. Namun, ia mengingatkan bahwa penyakit itu beda
dengan yang menyerang hewan ternak.

"Biasanya penyakit yang disebut Flu Singapura itu ditandai dengan adanya
gelembung di tangan dan telapak kaki yang di dalamnya ada cairan.
Penyakit itu menular biasanya melalui air ludah yang meleleh karena si
pasien biasanya tenggorokannya sakit untuk menelan, walaupun hanya
ludah," katanya.

Menurut anggota ASAP Indonesia itu, air ludah yang meleleh, khususnya
pada anak-anak itu biasanya kemudian dihapus dengan tangan atau terkena
baju. Dari media itulah kemudian virus tersebut menular kepada orang lain.

Karena itu, katanya, untuk pencegahan penyakit tersebut, seseorang harus
selalu menjaga kebersihan tangan dan mandi. Selain itu, anak-anak yang
sudah terserang penyakit tersebut, sebaiknya tidak usah masuk sekolah
dan dirawat di rumah sakit.

"Meskipun demikian, masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir berlebihan
terhadap penyakit itu karena sampai sekarang penyakit yang memang bisa
menimbulkan kematian itu belum ditemukan di Indonesia," ujarnya.

Ia mengakui bahwa sesuai informasi yang diterima, penyakit tersebut
menyebabkan kematian di Singapura, Hongkong dan China. Hal itu terjadi
karena penyakit tersebut bisa menyerang otak kalau sudah masuk ke dalam
darah dan tidak segera ditangani.

"Penyakit itu sampai sekarang belum ada obatnya. Yang ada selama ini
hanya untuk meredakan sakitnya saja. Karena itu kita harus betul-betul
menjaga kesehatan untuk pencegahan," ujarnya. -ant/ahi

No comments:

Post a Comment